PENULISAN BUKU TEKS DAN
TANTANGAN YANG
DIHADAPI
Syamsudduha
Universitas Negeri Makassar
1. Pendahuluan
Berbagai persoalan menyangkut buku
teks mendapat sorotan dari berbagai kalangan, khusus dari kalangan penerbit,
dalam acara Publishers`s Forum di
Jakarta yang dilaksanakan pada bulan Juni 2007, para penerbit mencoba memetakan
berbagai permasalahan pokok yang yang dinilai mendesak untuk ditata kembali.
Persoalan
yang dianggap penting di antaranya terkait dengan peningkatan kualitas,
mahalnya harga buku pelajaran, distribusi, dan tata niaga buku teks.
Forum tersebut merupakan kerjasama
antara Yayasan Adikarya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Pusat Perbukuan
Depdiknas, dan Indonesia-Australia Basic Education Program.
Informasi tentang rendahnya
kualitas buku teks yang beredar di sekolah-sekolah sekarang ini seperti yang
dilontarkan oleh Kepala Subdirektorat Pengendalian Mutu Buku Pusat Perbukuan
Depdiknas bahwa baru sekitar lima puluh persen buku yang mengikuti penilaian
dianggap memenuhi syarat. Dari 1350 jilid buku yang dinilai, hanya 707 jilid
yang dinyatakan lolos dan boleh dicetak massal, itu pun masih ada review
terhadap buku yang dinilai (Kompas, 27/6/2007).
Persoalan yang terkait dengan
kualitas buku teks tersebut tidak terlepas dari sosok penulis dan aktualitas
tema yang ditulis, sehingga biasanya ada penglaksifikasian; (1) tema populer
dan penulis populer, (2) tema populer dan penulis tak populer, (3) tema tak
populer dan penulis populer (4) tema tak populer dan penulis tak populer. Namun,
adanya pengklasifikasian tersebut tidak semestinya menjadi ganjalan bagi seorang yang akan memulai
menulis.
2. Masalah yang Dihadapi
Pertanyaan orang tua siswa sering
muncul terutama pada awal tahun ajaran baru. Mengapa buku seorang kakak satu
atau dua tahun kemudian tidak dapat diwariskan kepada adiknya. Padahal, jenis sekolah kedua anak
bersaudara itu sama. Bahkan, kadang-kadang berasal dari sekolah yang sama pula.
Dengan demikian, timbul pertanyaan;
(1) Mengapa terjadi kerancuan dalam penggunaan
buku teks di sekolah- sekolah?
(2) Apa yang harus dilakukan oleh penulis buku teks?
3. Kerancuan yang Terjadi
Beberapa
temuan hasil penelitian yang dilakukan terhadap buku teks. Dalam makalah ini dikemukakan
satu contoh kasus yang ditemukan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia termasuk
jenis buku siswa atau buku pelajaran untuk siswa; (1) dalam buku pelajaran
(buku siswa) terdapat bagian-bagian yang
termasuk bagian jenis buku kerja. Akibatnya, buku siswa itu, hanya dapat
digunakan sekali, (2) bahan dan
tugas-tugas yang ada dalam buku pelajaran yang dijadikan kasus belum mengarah
kepada pengembangan aspek keterampilan berbahasa, dan (3) belum memenuhi
tuntutan kurikulum (Sumardi, 2000: 196).
Terjadinya kerancuan tersebut, kemungkinan penyebabnya adalah bahwa penulis,
dan apa mungkin juga penerbit belum mengetahui betul substansi dan perbedaan
antara buku teks (buku siswa) dengan buku kerja, ataukah mungkin karena alasan
yang lain. Dengan demikian, perlu adanya pemahaman tentang bagaimana karakteristik
buku pelajaran yang merupakan payung dari buku teks, dan perlu adanya komitmen yang kuat dari pihak
penulis dan penerbit untuk memperhatikan
faktor kebutuhan anak sebagai pengguna buku teks.
Sorotan tajam terhadap kualitas buku teks
dari kalangan penerbit, juga memperlihatkan adanya kerancuan yang
terjadi. Pada satu sisi penerbit telah mengetahui kualitas naskah yang masuk,
namun terkadang tidak semua naskah yang masuk itu, sempat dicermati dengan baik
dan kemudian diproses untuk dicetak.
Pernyataan yang lebih menarik lagi adalah adanya pendapat dari beberapa
penerbit bahwa kontrol kualitas buku teks melalui penilaian oleh Pusat
Perbukuan tidak terlalu efektif. Selain berbiaya besar, juga meng-gunakan waktu
yang cukup lama (sekitar lima bulan untuk penilaian), dan itu pun belum
menjamin kualitas buku yang diinginkan (Kompas, 27/6/2007)
Sekarang, pertanyaan yang mungkin timbul adalah mengapa kerancuan itu
terjadi? Dalam hal ini tentu arah pertanyaan itu lagi-lagi tertuju kepada siapa
penulis dan siapa penerbit buku itu? Ini adalah tantangan bagi penulis maupun
penerbit. Penerbit harus berani dan lebih objektif untuk melakukan penilaian terhadap naskah-naskah buku yang diterima dan penulis pun harus mempunyai
komitmen yang kuat untuk meningkatkan kualitas tulisannya.
4. Perlunya
Pemahaman terhadap Karakteristik Buku Teks dan Buku Kerja
Cunningsworth mengemukakan bahwa
rancangan buku pelajaran terdiri atas buku siswa, buku guru, dan buku kerja.
Buku siswa adalah buku pelajaran yang terpenting dalam proses belajar mengajar yang
terutma digunakan oleh siswa. Buku guru digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terutama yang berkaitan dengan metodologi
pengajaran, sedangkan buku kerja digunakan oleh siswa untuk mengerjakan tugas-tugas atau latihan.
Dalam konteks buku pelajaran, buku siswa termasuk buku teks utama yang dilengkapi
dengan buku kerja. Buku kerja siswa ini pengertiannya berbeda dengan pengertian
awam yang pola isinya merupakan duplikasi buku teks utama.
Buku
teks memiliki kedudukan terpenting dalam konteks buku pelajaran. Begitu
pentingnya kedudukan itu, sehingga disebut buku pelajaran yang sebenarnya
sebutan untuk payungnya. Kedudukan buku
teks itu menjadi sangat penting karena
buku memiliki fungsi yang strategis. Beberapa fungsi buku teks dalam kegiatan
belajar mengajar, antara lain::
a. sumber
bahan pelajaran,
b. sumber
kegiatan siswa,
c. Sumber
gagasan dan dorongan kegitan belajar mengajar
d. Perwujudan
silabus yang di dalamnya terdapat tujuan pembela-jaran yang telah digariskan,
e. Sumber
belajar dan tugas mandiri,
f.
Bantuan badi guru(baru) untuk mengembangkan kepercayaan
diri
Karena adanya fungsi tersebut, maka Cunningsworth mengatakan bahwa tidak
ada sesuatu yang pengaruhnya lebih besar
terhadap isi dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat menggantikan
posisi buku teks dan bahan ajar lainnya yang digunakan (Sumardi, 2000: 1). Dengan
demikian, dalam pengembangan buku teks
penulis harus benar-benar memperhatikan
hakikat dan karakteristik buku teks dan perbedaannya dengan buku kerja..
1) Konteks Buku Teks dan Unsur-unsur Utamanya
Unsur-unsur utama
yang perlu mendapat perhatian dari penulis adalah::
a) Rancangan dan Organisasi
Buku pelajaran
dapat dirancang tunggal, atau dirancang dalam satuan yang lebih besar bersama
buku guru, buku kerja siswa, rekaman kaset dan sebagainya. Kedua pola itu akan mempengaruhi isi
pelajaran. Misalnya, jika buku itu dirancang tunggal tanpa buku guru, buku
siswa harus memenuhi fungsinya sebagai penunjang guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.
b) Topik dan Bahan
Topik dan bahan harus disusun secara kontekstual. Untuk
memperoleh bahan yang kontekstual sebaiknya dipilih bahan-bahan yang otentik
dari kehidupan nyata.
c) Metodologi Pengajaran
Dalam kaitannya dengan buku pelajaran, metodologi
berkaitan dengan pilihan dan
pengelompokan tugas-tugas kegiatan belajar.
2) Karakteristik Buku Kerja
Buku kerja yang
dikenal dalam masyarakat luas dengan nama LKS, memiliki karakteristik yang berbeda
dengan buku teks (Prayitno, 2007).
Buku
kerja layaknya buku teks juga harus mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
dianut setiap pemberlakuan kurikulum. Pendekatan
yang dianut dapat terformat dalam bentuk format buku sebagai berikut:
a) Kalimat Payung
Pada
bagian ini, penulis harus berupaya untuk membangun sedikit demi sedikit
pengetahuan tentang materi yang akan diberikan.
b) Materi
Materi yang
disajiikan pada bagian ini merupakan ringkasan dari sumber-sumber yang sesuai
dengan pokok bahasan/materi pokok.
c) Latihan
tahap I
Soal-soal yang
diberikan pada tahap ini hanya sebagai penguat daya pikir siswa dari materi
yang diajarkan atau untuk menilai pemahaman siswa terhadap materi sehingga
latihan atau soal-soal yang diberikan dapat berupa essay dan pilihan ganda.
d) Latihan
tahap II
Latihan pada tahap kedua ini, berupa
latihan yang tidak terdapat pada ringkasan materi, melainkan siswa diharuskan
mencari dari sumber-sumber yang lain. Proses latihan ini merupakn tahapan untuk
membangun pengetahuan siswa ke hal-hal yang lebih kompleks.
5.
Glossary
Pada
bagian ini, penulis dapat menyajikan
bahan pembelajaran siswa untuk
menambah pengetahuan siswa; bisa berupa kata-kata kunci.
6. Gambar/Model
Pada bagian ini,
penulis menyajikan gambar-gambar yang diberikan hanya sebagai contoh kepada
siswa agar kemudian dapat mencari sendiri di lingkungannya.
7. Proyek/Praktikum/Life Skill
Pada
bagian ini, penulis menyajikan latihan yang dapat melalui beberapa tahapan
sesuai dengan tahapan-tahapn dalam proses menemukan sendiri (inquiry) sehingga
bentuk kerja kelompok (learning community) dapat dipergunakan dalam proses
latihan ini, atau mengerjakan sesuatu yang didahului dengan contoh(modeling).
8. Rencana Pembelajaran
Diharapkan
dalam buku kerja ini, dimasukkan Rencana Pembelajaran untuk guru agar dapat
mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran yang diperlukan untuk memberikan
tugas-tugas kepada siswa.
5. Relevansinya Dengan Kebutuhan Peserta Dididk
Hampir semua sampul depan buku pelajaran yang
beredar sekarang ini diberi label ”Sesuai
dengan kurikulum 2006”. Pada buku yang lain diberi label ”Berdasarkan KTSP
2006”, dan pada buku lain lagi diberi label ”Berdasarkan Kurikulum Baru 2006”.
Dari segi informasi, label tersebut
sebenarnya kurang fungsional sebab dalam masyarakat perbukuan, ada semacam
konvensi bahwa buku yang berlaku adalah buku pelajaran yang mengacu kepada
kurikulum yang berlaku, sehingga kalau sekarang ini berlaku kurikulum 2006,
tidak ada lagi toko buku yang menjual buku pelajaran baru berdasarkan kurikulum
sebelumnya.
Adanya
label tersebut menyiratkan bahwa buku pejajaran lebih menekankan pada acuan
kurikulum dan kurang memberi perhatian pada acuan keilmuan yang relevan,
misalnya; setiap buku teks harus memperhatikan ilmu pendidikan dan psikologi
anak.
Penulisan buku pelajaran mesti
diletakkan dalam konteks pendidikan yang utuh, dan hal ini harus sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional.
Menurut Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dikemukakan tujuan pendidikan
nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa keada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrat dan
bertanggung jawab. Penyusunan buku teks pun karus mengacu pada tujuan tersebut.
Arah pendidikan yang sudah jelas
itu, perlu didukung oleh teori-teori pembelajaran, dan penyusunan buku teks
harus menyentuh teori-teori pembelajaran anak. agar proses pendidikan dapat
berlangsung secara optimal.
Dalam kaitannya dengan teori
pembelajaran anak, ada beberapa teori yang sangat relevan dengan pemenuhan
kebutuhan anak dalam pembelajaran. Misalnya, Rousseu, ahli pendidikan
Perancis (1772-1778), berpendapat bahwa pendidikan anak-anak harus bersifat alamiah.
Anak harus diberi kebebasan untuk berkembang membuat iramanya sendiri dengan
memperkecil campur tangan dari luar. Dengan demikian pemberian tugas-tugas pada
buku teks diharapkan memperkecil campur tangan guru.
Demikian juga, Pestalozzi, ahli
pendidikan Swiss (1746-1827) juga berendapat bahwa belajar secara alamiah lebih unggul. Namun, juga menambah peluang belajar
secara formal karena anak sulit sekali diharapkan belajar dengan inisiatifnya
sendiri.
Seorang ahli pendidikan Jerman
(1782-1852) juga mempunyai kesamaan pendapat dengan Rousseu dan Pestalozzi yang
memberi tekanan pada perkembangan anak
secara alamiah. Namun, Froebel mempunyai gagasan lain yang sangat terkenal,
yaitu pentingnya bermain dalam belajar. Karena itu, diharapkan buku teks
dirancang sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar
sambil bermain. Sejalan dengan itu, John Dewey (1859-1952) ahli filsafat dan
pendidikan Amerika Serikat yang sangat terkenal dengan ungkapannya learning by doing atau learning trought
activity. Dia percaya bahwa pembelajan terpadu mampu memberikan hasil yang
optimal, dan interaksi sosial mampu mendorong tumbuhnya minat dan semangat
belajar untuk memperoleh ilmu dan keterampilan. Ini menyiratkan bahwa buku-buku
teks harus memberikan peluang kepada anak untuk
berinteraksi baik sesama teman belajar maupun kepada gurunya.
Beberapa teori tersebut, memberikan
rambu-rambu kepada penulis buku pelajaran agar memberikan perhatian kepada
kebutuhan peserta didik, dengan
memperhatikan karakteristiknya.
3. Penutup
Penulisan buku
teks harus digalakkan, dan dilatih terus menerus karena kegiatan menulis buku
merupakan upaya perekaman ilmu pengetahuan dan tanpa adanya sarana tulis ini,
akan sulit sekali penyebaran ilmu pengetahuan bisa dilakukan secara
berkesinambungan.
Berbagai sorotan tajam yang dilontarkan dari berbagai pihak tentang
rendahnya kualitas buku teks yang beredar, bukanlah suatu persoalan yang harus
menjadi beban pemikiran bagi para penulis, melainkan suatu tantangan untuk
menulis dan menulis lagi sampai lahirnya karya-karya yang lebih berkualitas.
Seorang penulis harus mengawali
dengan nawaitu yang baik, keikhlasan untuk melakukan sesuatu demi
pengembangan ilmu, tidak semata-mata memperhitungkan berapa besar royalti yang
diterima setelah selesai menulis. Hal ini penting, tetutama bagi seorang penulis pemula agar
segala tantangan yang dihadapi dalam menulis tidak akan mematikan semangat dan
kreativitas menulisnya.
Menyadari
pentingnya penulisan buku pelajaran, penulis harus memahami hakikat dan
karakteristik buku pelajaran, dan dapat melihat dengan cermat relevansi
materi yang disajikan dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini penting untuk
mewujudkan penulisan buku-buku pelajaran yang berkualitas pada masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Mandik-dasmen Departemen
Pendidikan Nasional.
Buku Teks Dapat Sorotan, Kalangan Penerbit
akan Petakan Berbagai Masalah Perbukuan. Harian Kompas, Jakarta: Rabu,
27 Juni 2007.
Lasa Hs., Penulisan Buku Teks
Perguruan Tinggi. Makalah Workshop Strategi dan Teknik Penulisan Buku Teks
Perguruan Tinggi tanggal 19 Juli 2006 di LPP UNS Surakarta
Teknik Penulisan Buku Teks.
Prayitno. Karakteristik Buku Latihan Siswa dengan Pendekatan Konteks-tual. Materi
Pelatihan Penulisan Buku dan LKS di Solo, 10 Agustus 2007.
Prayitno. Teknik Penulisan Buku Teks. Materi Pelatihan Penulisan Buku dan
LKS di Solo, 10 Agustus 2007.
Sumardi, 2000. Panduan Penelitian, Pemilihan, Penggunaan, dan Penyusunan
Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD sebagai Sarana Pengembangan Kepribadian,
Penalaran, Kreativitas dan Keterampilan Brkomunikas Anak. Jakarta: Grameia.
Widyamartaya. 1996. Kreatif
Mengarang. Yogyakarta: Kanisius.
|
PENULISAN BUKU TEKS DAN
TANTANGAN
YANG DIHADAPI
Makalah
Disajikan pada Seminar Nasional Penyusunan Bahan Ajar dan Buku Teks
Syamsudduha
PANITIA PENYELENGGARA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DAN DAERAH
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
8 September 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar